SUJUD
Oleh; Abd. Hamid, S.Pd
Satukan jiwa
SUJUD
Oleh; Abd. Hamid, S.Pd
KOPI GULA JAWA
Oleh; Abd. Hamid
Malam ini kamis, 24 Desember 2020 seperti biasa habis
sholat magrib sambil menunggu waktu sholat selanjutnya. Buka- buka HP, ternya
grub WA sudah penuh postingan. Aku awali buka grub workshop video pembelajaran PGRI
Panji, kebetulan saya yang menjadi ketua koordinator teksnis pelaksan workshop
secara online dengan menggunakan aplikasi Ms Teams. Maklum pengalaman pertama
menjadi panitia workshop online, tapi seruh juga bisa nerapkan pengalaman ikut
wibenar selama ini jadi tidak begitu canggung. Alhamdulillah dan terimakasih
banyak kepada tim SEAMOLEC dimana sebelum ada wabah covid 19 melanda dunia
khususnya negara kita, saya sudah pernah ikut acara wibinar VCT to Bacte 5
Jatim suguh pengalaman yang cukup berarti dalam hidup saya.
Ternyata adzan sholat isya’ telah memanggil aku untuk membentangkan
sajadah mengahadap sang kuasa. Akhirnya segelas kopi pun telah disediakan
diatas meja mendampingi laptop tempat aku dimana berkerja, tapi sayangnya belum
punyak tempat khusus untuk berkerja dirumah tapi tidak apalah ruang tamu jadi
ruangan multi fungsi. Ku gemgam kembali HP yang ada di samping gelas kopi
bagaikan teman yang selalu akrab menemaniku, setelah di buka aplikasi WA
lagi-lagi sudah ramai bagaikan orang bisnisman saja. Ternyata ada info untuk
melanjutkan tugas aploud video pembelajaran hasil peserta workshop online ke
chanel youtobe SLCC PGRI Panji. Sabar-sabar aku bisikkan dalam hati, akhirnya
aku buka laptop untuk menyelesaikan semua tugas meskinpun tidak harus selesai
malam ini.
Diselah-selah aploud video, aku coba buka hp lagi yang
menjadi tujuan kali ini adalah grub WA puisi patidusa. Ternyata malam ini
adalah penyampai materi atau pertemuan kelas melalui grub WA oleh nara sumber.
Kali ini yang menyampaikan materi adalah ibu Nurhasanah.
Seperti biasa sebelum acara kelas dimulai nara sumber
membuka dengan obrolan ringan untuk menarik perhatian peserta. “Baik, sebelum
kita mulai, ayo siap-siap dulu ya” kata ibu nurhasanh. “Bisa ngucek kopi dulu,
teh, atau susu” lanjut ibu Nurhasanah. Tanpa berpikir panjang secara spontan
saya balas grub WA dengan foto segelas kopi yang ada di atas meja. Sontak semua
peserta mulai beraksi membalas kiriman foto segelas kopi. Ada yang bilang
keren, minta donk, mantap, luar biasa. Ternyata kiriman foto saya bikin fokos
peserta, aduh jadi tersanjung sendiri.
Akhirnya kelas dimulai oleh ibu Nurhasanah, untuk malam
ini materinya melanjutkan materi sebelumnya.
PATIDUSA -
Genre puisi baru
"PATIDUSA" merupakan singkatan dari em- PAT
TI-ga DU-a SA-tu. Puisi Patidusa ini genre terbaru di bidang
literasi puisi yang baru ditemukan bentuknya oleh Agung wibowo dan diberi nama
oleh Agus Supriyadi.
Puisi Patidusa:
1. Berformat 4-3-2-1, 1-2-3-4 dan seterusnya.
2. Minimal bait adalah 2 (dua) membentuk piramida dobel.
Juga bisa 3,4,5,6 bait dan seterusnya sesuai selera.
3. Untuk pengambilan judul puisi bisa sesuka penulis
menentukannya dari; kata pada kerucut, salah satu baris kalimat dalam bait, dan
makna yang sesuai isi puisi. Sehingga pengambilan judul diserahkan kepada
kreativitas penulisnya.
4. Setiap baris ke 4, selalu diakhiri tanda titik.
Keistimewaan Puisi Patidusa
Membentuk makna kuat, padat, di tiap bait. Sehingga
mengantarkan penulis pada penyampaian isi puisi.
4 Formasi Puisi Patidusa
1. Patidusa Asli format 4-3-2-1, 1-2-3-4, dst
2. Patidusa Bias format 1-2-3-4, 4-3-2-1, dst
3. Patidusa Cemara format 1-2-3-4, 1-2-3-4, dst
4. Patidusa Tangga format 4-3-2-1, 4-3-2-1, dst
Setelah materi disampaikan nara sumber mengajukan
perntanyaan ringan seputar materi yang telah disampaikan, akupun ikut menjawab
sekedar ingin menguji kemampuan diri tentang puisi patidusa. Eh ternyata kalah
cepat walaupun akhirnya dapat jempol
juga, sehingga menambah semangat belajar dikelas malam ini.
Kali ini materi yang di pelajari adalah tentang jenis
puisi patidusa bias dengan format 1-2-3-4, 4-3-2-1 dst. Dan nara sumber
memberikan contoh puisi;
Bunga
Oleh : Nufristi/Ummu Hanif
Bunga Talas segar berseri
Merekah, warna warni
Bagus sekali
Indah.
Viral
Bunga Talas
Dulu tak dihiraukan
Skarang bunga jadi
rebutan.
Mari kita menanam Talas
Warna merah, putih
Semua ada
Kereen.
Kereen bunga Talas kini
Kita jangan kalah
Lebih kereen
Menuliiis.
Bengkulu, 21 Desember 2020
“Apakah susunanya benar ?” lontar pertanya ibu Nurhasanah
di grub wa. Ternyata puisi diatas salah di bait ke empat seharusnya formatnya
harus 1-2-3-4. Diskusi di kelas grub wa terus berjalan seiring antusiasnya
peserta.
Tiba saatnya peserta berkontribusi dalam kelas malam ini
dengan tugas membuat puisi patidusa bias dengan format 1-2-3-4, 4-3-2-1 dst.
meskipun secara sepontan aku coba berimajinasi benda-benda yang ada di sekitar
kita, akhirnya aku jatuh hati pada segelas kopi yang setia menemaniku di atas
meja. Awalnya saya coba memberi judul Kopi Pahit, lanjut aku membuat bait-bait
puisi. Dua bait terlunasi sesuai aturan penulisan puisi patidusa bias, setelah
saya kirim ke kelas grub wa ternyata harus tiga bait. Akhirnya kiriman puisi
saya hapus saja.
Tarik gas aku selesaikan tugas kelas malam ini, tiga bait
selesai tapi judulnya saya ganti dari kopi pahit menjadi Kopi Gula Jawa.
KOPI GULA JAWA
Oleh: Abd. Hamid
Kopi
Pahit manis
Semanis yang buat
Menyimpan nikmat dalam hati.
Dalam Hati menyimpan nikmat
Senikmat yang manis
Semanis gula
Jawa.
Gula
Jawa manis
Semanis gadis jawa
Senyum ayu adem rasanya.
Situbondo, 24 Desember 2020
Lagi-lagi bikin riu di kelas grub wa puisi patidusa,
gara-gara judulnya bikin perut gelli. Mungkin puisi yang saya buat cocoknya
jadi ice breaking saja.
Sedikit aku jelaskan maksud puisi “ Kopi Gula Jawa”,
puisi ini hanya sekedar ingin menyampaikan sebuah pesan rasa risau dalam
pikiran yang kadang muncul terkait kehidupan keluarga,pekerjaan namun semua itu
akan berlau disaat bersama sang istri yang selalu memberi solusi, menghibur dan
memberi semangat.
Kembali pada puisi patidusa bias yang saya buat, memang betul apa yang dikatakan oleh seorang penulis dalam buku Jurus Jitu Menjadi Penulis Andal Bersama Paka. Jika kita ingin menulis tapi tidak punyak ide mulailah belajar dari benda-benda yang ada disekitar kita, kemudian kita rangkai untuk di kembangkan menjadi sebuah karya tulis. Sama seperti yang saya alami malam ini dalam mebuat sebuah puisi secara spontan mata tertujuh pada segelas kopi, sehingga aku beri judul Kopi Pahit Manis.
Ternyata tak terasa waktu telah berlalu selama dua jam
kelas grub WA puisi patidusa segera beranjak berakhir, meski para peserta masih
tetap semangat mengirim karyanya malam ini dan saling melengkapi kekurangan karya
masing-masing. Cukup berkesan kelas grub WA puisi patidusa malam ini semoga pertemuan
berikutnya tidak kalah seruhnya.
Situbondo, 25 Desember 2020
Oleh: Abd. Hamid
Kuda
Putih liar
Kini aku menyebut
Nama yang pantas bagimu
Satu tahun silam terbelenggu
Di negri sebrang
Kandang terkunci
Terpenjara
Permainan
Panggung politik
Dimulai tanpa dirimu
Banyak taktik politik dimainkan
Semua bersorak riang gembira
Mengikrarkan dirinya pemenangnya
Dalam permainan
Politik
Dirimu
Terus tertekan
Kandang terus
Dikunci gembok yang kuat
Permainan Politik telah berlalu
Sang wasit memutuskan
Sang raja
Pemenangnya
Berita
Tersiar luas
Harimau Tidur Terbangun
Atas kemenangan sang raja
Panggung Politik terus dimodifikasi
Sang raja mengendalikan
Lawan jadi
Kawan
Saat
Dirimu bebas
Dari kandang tergembok
Bagai kuda lepas kendali
Suara gelegarmu mulai terdengar
Mengalahkan suara berita
Sang raja
menang
Aksi
Terus beraksi
Dalam lingkaran kekuasaan
Terikat aturan dan sanksi
Tergelincir dalam lubang bui
Dalam perangkap kekuasaan
Kini terjebak
Dirimu
Kenyataan
Yang diterima
Sungguh nyata terpenjara
Atas segala tuduhan hukum
Membelah, menuduh, atas perbuatanmu
Perang politik meletus
Akan terjadi
Perdebatan
Semoga
Ini berakhir
Tangan-tangan politik
Berantai kembali membangun negeri
Situbondo, 24 Desember 2020
Tiga puluh sembilan tahun
Oleh: Abd. Hamid
Tiga puluh sebilan tahun
Aku mengenal dirimu
Dalam setiap
Nafasku
Tiga puluh sembilan tahun
Aku melihat semangatmu
Menjalani hidup
Sederhana
Tiga puluh sembilan tahun
Aku dalam dekapanmu
Melindungi, membela
Perjalananku
Tiga puluh sembilan tahun
Aku dalam bimbinganmu
Sebagai pelita
Hidupku
Tiga puluh sembilan tahun
Aku dan dirimu
Berjuang hidup
Bersama
Tiga puluh sembilan tahun
Aku melihat wajahmu
Yang dulu
Berserih
Tiga puluh sembilan tahun
Aku belum bisa
Membalas semua
Jasamu
Tiga puluh sembilan tahun
Aku hanya bisa
Membalas do'a
Kasih
Tiga puluh sembilan tahun
Aku selalu berharap
Dirimu selalu
Sehat
Situbondo, 23 Desember 2020